
Samarinda: Hutan Lindung Sungai Wain, yang terletak di Jalan Soekarno-Hatta, Balikpapan, menjadi daya tarik utama bagi pecinta alam dan wisatawan yang menginginkan pengalaman wisata berbasis ekowisata.
Kawasan ini, yang memiliki luas 162,18 hektare, dikenal sebagai satu-satunya replika hutan asli Kalimantan yang masih terjaga keasliannya. Keindahan alam yang ditawarkan hutan ini menjadikannya destinasi wisata yang semakin populer, terlebih lagi pasca penetapan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.
Ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Sungai Wain, Agus Din, menjelaskan bahwa kawasan ini bukan hanya sekadar tempat wisata, melainkan juga representasi asli dari ekosistem hutan Kalimantan yang terjaga dengan baik.
Sejak dibentuk pada 2014 dan dikukuhkan secara resmi pada 2018, Pokdarwis Sungai Wain telah bekerjasama dengan Kelompok Tani Hutan (KTH) untuk menjaga dan mengelola hutan ini dengan prinsip berbasis masyarakat.
“Hutan Lindung Sungai Wain bukan hanya tempat wisata, tetapi juga menjadi contoh pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat. Wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, sering menghabiskan waktu hingga seminggu di sini untuk menikmati kegiatan trekking, menginap di homestay, dan menikmati keanekaragaman flora serta fauna langka yang ada,” kata Agus.
Keanekaragaman Hayati yang Memukau
Hutan Lindung Sungai Wain merupakan rumah bagi berbagai flora khas Kalimantan, seperti kayu ulin, bengkirai, meranti, dan keruing, serta tanaman langka seperti anggrek, kantung semar, dan jahe Balikpapan.
Keberagaman flora ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam sekaligus belajar tentang kekayaan hayati Kalimantan.
Lebih dari itu, hutan ini juga menjadi habitat bagi sejumlah spesies langka yang terancam punah, seperti macan dahan, orangutan, beruang madu, dan bekantan. Pengunjung dapat merasakan pengalaman berinteraksi langsung dengan alam melalui kegiatan trekking yang dipandu oleh agen perjalanan lokal yang berpengalaman.
Pengelolaan dan Tantangan
Meskipun memiliki potensi besar, Agus mengakui bahwa pengelolaan sumber daya manusia (SDM) masih menjadi tantangan utama dalam mengoptimalkan pengalaman wisata di Hutan Lindung Sungai Wain.
“Kami memerlukan lebih banyak pemandu wisata yang terlatih untuk memberikan pengalaman yang optimal kepada pengunjung. Selain itu, kami juga sudah menerapkan zonasi kawasan, mulai dari area publik hingga eksklusif, untuk menjaga keberlanjutan ekosistem hutan,” ungkap Agus.
Keberadaan IKN yang semakin dekat juga memberikan peluang besar bagi kawasan ini. Ia optimistis bahwa Hutan Lindung Sungai Wain akan menjadi destinasi wajib bagi pengunjung IKN yang ingin menikmati keindahan hutan tropis asli Kalimantan.
Pemberdayaan Masyarakat Lokal dan Dukungan Pemerintah
Dengan pengelolaan berbasis komunitas yang melibatkan Pokdarwis dan KTH, Hutan Lindung Sungai Wain tidak hanya berfungsi sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai sarana pemberdayaan masyarakat lokal.
Dukungan kebijakan pemerintah setempat sangat penting dalam memastikan kawasan ini terus berkembang menjadi ikon pariwisata alam yang mendukung konservasi dan pemberdayaan masyarakat.
Dengan segala potensi yang dimilikinya, Hutan Lindung Sungai Wain siap menjadi salah satu tujuan utama bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman wisata alam yang mendalam dan berbasis pada pelestarian lingkungan.