
Kabupaten Kutai Kartanegara
(Dok: Dwi Ariyanti 26 Agustus 2016)
Di Desa Kedang Ipil, Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara, sebuah ritual mistis yang bernama belian namang masih bertahan meski zaman terus berubah. Belian namang adalah ritual adat khas suku Kutai yang dilakukan untuk memanggil roh orang yang telah meninggal pada hari ke-15 setelah kematiannya. Dianggap sebagai jalan untuk menghubungkan dunia nyata dengan alam roh, belian namang menampilkan suasana sakral yang mendalam, seolah-olah membawa peserta ritual ke dalam keheningan spiritual.
Prosesi belian namang dilakukan pada malam hari, dipimpin oleh seorang pemuka adat yang membacakan mantra Belian Bememang sambil membakar kemenyan. Diiringi oleh musik tradisional seperti kelintangan dan penyalit, pemimpin ritual menari di sekitar Seriding, membawa aura mistis yang merasuk ke dalam sanubari setiap orang yang hadir. Keseluruhan ritual ini diyakini sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada arwah orang yang telah meninggal, dan sekaligus menjadi simbol kepercayaan yang masih hidup di tengah masyarakat suku Kutai.
Ritual ini memiliki sejarah panjang yang konon berawal dari legenda sosok bernama selimau, makhluk berkepala monyet dan berbadan manusia. Selimau dianggap terinspirasi oleh monyet-monyet hutan yang menari dan berpesta, hingga menciptakan bentuk awal dari belian namang. Kisah legenda ini menambah kedalaman mistis pada ritual, menghubungkan masa kini dengan masa lalu yang penuh misteri, dan memperkuat makna budaya yang terkandung dalam setiap langkah tarian dan bunyi musiknya.
Di tengah beragamnya keyakinan masyarakat di Kedang Ipil, mulai dari Kristen, Katolik, Protestan, hingga Islam, tradisi belian namang tetap dihormati dan dijalankan. Masyarakat setempat meyakini bahwa menjaga ritual ini sama halnya dengan merawat jati diri dan menghormati leluhur mereka. Bagi mereka, belian namang bukan sekadar upacara, melainkan jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, sebuah simbol persatuan dan identitas budaya yang harus tetap hidup di tengah arus perubahan.
Dinas Pariwisata Kalimantan Timur turut berperan dalam melestarikan dan mempromosikan ritual belian namang sebagai salah satu warisan budaya tak ternilai. Melalui dukungan dan kolaborasi dengan komunitas lokal, dinas ini berusaha memastikan agar belian namang tetap eksis dan dikenal oleh generasi muda dan wisatawan. Dengan demikian, ritual ini diharapkan tidak hanya bertahan, tetapi juga menjadi daya tarik budaya yang menggugah minat untuk lebih memahami keunikan suku Kutai, di tengah gempuran modernisasi yang tak terhindarkan.