
Samarinda – Rencana Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) untuk mengejar swasembada pangan dalam enam bulan ke depan memantik perhatian publik.
Bagi Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Sarkowi V Zahry, kunci keberhasilan program ini bukan terletak pada kecepatan, melainkan pada strategi yang membumi dan berakar pada kekuatan lokal.
“Jangan sekadar mengejar angka dalam enam bulan. Kita harus mulai dari hal paling dasar: pahami medan dan libatkan petani secara penuh,” ujar Sarkowi.
Menurutnya, medan pertanian di Kaltim sangat beragam, mulai dari kawasan rawan banjir hingga daerah dengan infrastruktur minim.
Alih-alih menggunakan pendekatan sentralistis dari provinsi, Sarkowi mendorong agar strategi disusun berdasarkan karakteristik tiap kabupaten dan kota.
“Setiap daerah punya tantangannya sendiri. Tidak bisa pakai rumus yang sama untuk semua. Justru harus disesuaikan—mana yang kuat di padi, mana yang unggul di hortikultura, itu yang kita dorong,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya pelibatan petani secara aktif, bukan hanya sebagai pelaksana di lapangan, tetapi sebagai pengambil keputusan bersama.
Selain itu, akses terhadap pupuk, teknologi pertanian, dan pendampingan teknis dinilainya krusial agar program ini berkelanjutan, bukan hanya sukses sesaat.
“Petani kita bukan sekadar pekerja. Mereka mitra strategis. Tanpa mereka, swasembada hanya jadi slogan,” imbuhnya.
Terkait pembagian beban antar wilayah, Sarkowi juga mengingatkan agar target yang dibebankan ke daerah tetap proporsional dan realistis.
Ia menilai, peran pemerintah kabupaten/kota sebagai pemilik lahan dan basis produksi pangan harus diperkuat lewat sinergi anggaran, kebijakan, dan perencanaan.
“Swasembada tidak akan terjadi kalau provinsi jalan sendiri. Harus ada koordinasi aktif dengan daerah, bahkan sampai tingkat kelompok tani,” ujarnya.
Meski tantangan besar, Sarkowi tetap optimistis bahwa program ini bisa berjalan baik bila pendekatannya partisipatif dan sistematis.
“Pencapaian pangan mandiri di Kaltim bukan sekadar mimpi jika semua pihak mau bekerja dari bawah, bukan dari atas,” tukasnya. (GK/ADV/DPRDKALTIM)